Ancaman resesi ekonomi 2023 terus menggema. Bahkan, Menteri Keuangan Sri Mulyani di akhir bulan September lalu mengatakan tahun 2023 akan menjadi tahun yang sulit bagi perekonomian Indonesia hingga dunia.
Artikel ini akan membahas apa saja dampak yang akan muncul jika resesi di tahun 2023 benar terjadi, hingga bagaimana cara menghadapi resesi ekonomi 2023. Berikut penjelasan selengkapnya.
Table of Contents
Dilansir dari laman Otoritas Jasa Keuangan (OJK), resesi ekonomi merupakan keadaan dimana perekonomian sebuah negara memburuk pada dua kuartal berturut-turut.
Pada umumnya kita bisa melihat dampak resesi ini dari meningkatnya angka kemiskinan, pengangguran, hingga banyaknya perusahaan yang melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
Kenapa Resesi Ekonomi Bisa Terjadi?
Dampak resesi akan berhubungan satu sama lain. Mulai dari pemerintah, perusahaan, pekerja, hingga masalah sosial pada masyarakat. Bagaimana ini bisa terjadi?
Sisi Pemerintah
Pemerintah akan mendapat PR besar dari dampak resesi ini. Terjadinya aktivitas ekonomi yang memburuk akan terlihat pada nilai Produk Domestik Bruto (PDB) yang negatif sehingga pertumbuhan ekonomi riil pun ikut terseret pada nilai negatif.
Penekanan harga yang semakin ketat akan menimbulkan kenaikan harga yang tinggi secara tiba-tiba ketika supply terlalu rendah dibandingkan dengan demand yang ada.
Sisi Perusahaan
Dampak resesi akan mengakibatkan bangkrutnya suatu perusahaan. Hal tersebut dipengaruhi oleh menurunnya daya beli dan konsumsi, sehingga perputaran cash flow mengalami penurunan. Kebangkrutan perusahaan perusahaan yang tidak memiliki ketahanan kapital yang kuat akan terjadi sehubung usaha pemerintah yang akan berusaha penekanan harga.
Sisi Ketenagakerjaan
Perusahaan yang mengalami kebangkrutan akibat resesi ini, akan mengambil tindakan untuk memangkas biaya operasional, salah satu caranya adalah dengan cara Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Hal itu mengakibatkan meningkatnya tingkat pengangguran dan melebarkan kesenjangan ekonomi.
Sisi Kehidupan Sosial
Melebarnya kesenjangan sosial, serta naiknya tingkat pengangguran pun tidak lepas dari dampak sosial yang menjadi ancaman kriminalitas yang tinggi. Maka dari itu semua pihak wajib ikut menangani resesi ekonomi bersama-sama.
"Mereka yang tidak mengambil pelajaran dari sejarah, maka mereka ditakdirkan untuk mengulanginya"
George Santayana
Cara Menghadapi Resesi Ekonomi
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan cara pemerintah menghadapi ancaman resesi di tahun depan.
Beberapa di antaranya adalah dengan melakukan pengendalian inflasi dengan cara kolaborasi antara Tim Pengendalian Inflasi Pusat (TPIP) dengan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) untuk mengoptimalkan Dana Alokasi Khusus (DAK) dalam ketahanan pangan, transportasi dan tambahan perlindungan sosial. Pemerintah juga telah mengeluarkan Bantuan Langsung Tunai (BLT) sebagai bantalan bagi pertumbuhakan perekonomian sehingga daya beli masyarakat tetap stabil.
Pada masa resesi ini, masing-masing perusahaan akan memaksimalkan strategi untuk menguji tekanan pada bisnis agar dapat bertahan. Salah satunya melawan inflasi dengan mengendalikan arus keuangan atau cash flow pada perusahan dan membangun proyek yang efisien. Pengusaha juga harus meningkatkan kehati-hatian untuk menghindari kesalahan pengambilan keputusan dengan bertumpa pada data real perusahaan.
Bisnis Yang Efisien Menghadapi Resesi Ekonomi
Jika dilihat dari sejarahnya, perusahaan akan kesulitan untuk mendanai operasionalnya saat asa resesi. Terutama pada usaha yang kurang efisien dalam mendanai operasionalnya. Seperti krisis asia yang dimulai pada tahun 1997 dan berakhir di 1999, beberapa perusahaan tumbang namun ada juga segelintir perusahaan yang menggunakan momen ini untuk memperbesar sayapnya seperti PT Bank Central Asia, Ciputra Group, PT Astra Internasional, dan Grup Djarum.
Contoh lain dari sejarah yang terjadi pada dotcom bubble pada awal tahun 2000-an. Perusahaan yang semata-mata menggunakan uang investor untuk berfoya-foya hingga mengeluarkan dana besar-besaran untuk bonus pada timnya tanpa memberikan nilai tambah pada pengguna mengakibatkan bangkrutnya perusahaan.
Terlihat di sini bahwa hanya bisnis yang mempunyai nilai tambah untuk produknya yang bisa berhasil melewati masa sulit ini. Bahkan mereka yang berhasil menggunakan kesempatan dalam masa resesi tersebut untuk membesarkan skala bisnis mereka.
-
Pingback: Mau Jadi Marketing Startup yang TOP? Begini Caranya - Vobis